Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Pemerintah Indonesia berencana menerapkan kenaikan tarif Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) hingga 200% untuk beberapa barang impor, salah satunya adalah keramik. Pengenaan BMAD ini hanya kepada produk-produk yang terbukti melakukan dumping yakni menjual produk dengan harga terlalu murah. Dengan adanya BMAD, produk lokal dan impor diharapkan dapat bersaing sehat ke depannya.
Menanggapi hal ini, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof Rhenald Kasali, justru mengkhawatirkan kemampuan Gen Z untuk memiliki rumah.
“Kalau impor bahan baku dipajaki hingga 200%, bagaimana nasib Gen Z atau bahkan Milenial yang mau punya rumah? Padahal, impor pun karena nyatanya kapasitas produksi kita memang belum sanggup,” kata Rhenald di media sosialnya, @rhenald.kasali seperti yang dikutip pada Selasa (23/7/2024).
Berbeda dengan generasi milenial yang membutuhkan rumah setelah menikah, Gen Z saat membutuhkan hunian karena kebanyakan dari mereka bekerja dari rumah sehingga membutuhkan hunian yang layak. Selain itu, jika BMAD berlaku, barang-barang impor yang dibutuhkan Gen Z seperti bahan pakaian, kosmetik, elektronik hingga keramik bahan bangunan akan dikenakan pajak yang tinggi dan berpengaruh pada pengeluaran mereka.
“Gen Z kan sekarang kan mau kerja dari rumah mau jadi afiliator, menjadi pekerja online, bisa melakukan riset dari rumah, banyak pekerjaan dari rumah. Makanya Gen Z ingin mendapatkan rumah yang berkualitas. Tidak ingin dong rumahnya terus menerus sekualitas rumah kontrakan, rumah sewa. Ingin kualitas rumahnya yang lebih baik,” ujarnya.
Menurutnya saat ini Gen Z membutuhkan rumah yang layak di mana di dalamnya memakai produk impor seperti porselin yang ke depannya akan dikenakan BMAD. Sementara itu, pembangunan rumah kontrakan atau rumah sederhana tidak memakai material impor, melainkan keramik tanah liat yang berasal dari produsen lokal.
“Namun, rumah masa kini terutama yang berada di bangunan tinggi, perumahan, perkantoran lebih banyak menggunakan porselin yang mana itu adalah produk impor. Maka digunakannya keramik porselin, nah kita nggak cukup karena bahannya dari Kaolin, kaolin ini bahannya tidak banyak, sedikit sekali. Tentu saja kita harus impor Amerika, Brasil, Spanyol, Italia, India saja masih impor. Tentu saja harganya semakin hari, semakin terjangkau oleh masyarakat kita. Memang tidak semurah ini (keramik tanah liat), masih lebih mahal ini,” ungkapnya.
Dengan adanya upaya menaikkan BMAD untuk beberapa barang impor, dikhawatirkan dapat berdampak pada kemampuan Gen Z untuk memiliki rumah karena material bangunan yang dibutuhkan semakin dibatasi atau harganya ditambah dengan pajak yang tinggi.
“Nah, kita menyaksikan sekarang yang terjadi ada upaya untuk menaikkan biaya tarif masuk sampai 200%. Kemudian diketahui pula kenaikan Gen Z Cuma 2,5%, lalu kenaikan harga rumah masih 5-10% karena masih ada backlog 12,5 juta. Jadi harga rumah ini memang mahal, tapi perlu diupayakan apalagi kalau Gen Z menikah, sama seperti generasi atasnya Generasi milenial pengen punya rumah,” pungkasnya.