JAKARTA,arabaru.com – Demam boneka Labubu telah mengguncang pasar mainan dan media sosial, menarik perhatian banyak orang untuk ikut serta dalam tren viral ini. Boneka yang diciptakan oleh seniman Hong Kong, Kasing Lung, dan diproduksi oleh Pop Mart ini memiliki desain yang unik dan lucu, dengan karakteristik yang menarik bagi berbagai kalangan, terutama para “kidult” (dewasa yang menyukai barang-barang anak-anak).
- Fenomena FOMO
Salah satu alasan utama dibalik popularitas boneka Labubu adalah fenomena Fear of Missing Out (FOMO). FOMO mengacu pada perasaan cemas bahwa seseorang akan ketinggalan sesuatu yang sedang trend atau populer. Banyak orang merasa terdorong untuk membeli boneka ini agar tidak merasa tertinggal dari teman-teman atau influencer di media sosial.
Antrean panjang untuk mendapatkan boneka Labubu menunjukkan betapa besar pengaruh media sosial dalam menciptakan keinginan kolektif. Selebriti K-pop yang menggunakan boneka ini juga berkontribusi pada viralitasnya, mendorong penggemar untuk berusaha mendapatkan boneka tersebut.
- Desain dan Strategi Pemasaran
Desain boneka Labubu yang ceria dan penuh warna, serta rilis edisi terbatas, membuatnya semakin menarik bagi para kolektor. Setiap edisi baru sering kali menciptakan rasa urgensi di kalangan penggemar untuk segera membelinya sebelum kehabisan. Strategi pemasaran ini memanfaatkan elemen eksklusivitas yang membuat banyak orang rela mengeluarkan uang lebih banyak demi mendapatkan satu unit boneka.
- Dampak Terhadap Kesehatan Mental
Namun, fenomena ini juga memiliki dampak negatif. Penelitian menunjukkan bahwa FOMO dapat berhubungan dengan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Ketika individu merasa tertekan untuk mengikuti tren, hal ini dapat menyebabkan stres berlebih dan ketidakpuasan dengan diri sendiri. Psikolog menyarankan pentingnya mengenali prioritas dan menetapkan batasan anggaran agar tidak terjebak dalam siklus konsumsi yang merugikan.
Dengan demikian, trend boneka Labubu tidak hanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk mengikuti apa yang viral, tetapi juga menyoroti tantangan psikologis yang mungkin muncul akibat tekanan sosial. ***CDM