JAKARTA,arabaru.com – Enuma Indonesia, penyedia teknologi pendidikan, meluncurkan hasil studi persepsi guru, orang tua, dan wali murid terhadap aplikasi pembelajaran digital (APD) di Indonesia pada Rabu (14/11). Studi ini merupakan bagian dari program Inclusive Business Solution (IBS) Korea International Cooperation Agency (KOICA) dan melibatkan 302 responden pendamping dan nonpendamping pengguna APD. Hasil studi menunjukkan bahwa penggunaan APD terus dimanfaatkan sebagai alat belajar, meskipun pandemi telah berlalu.
Temuan ini sejalan dengan agenda pemerintah untuk meningkatkan kualitas literasi dan numerasi secara nasional. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Yudhistira Nugraha, menyatakan bahwa literasi dan numerasi menjadi elemen penting untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Pendidikan jarak jauh juga menjadi perhatian, dengan Enuma diharapkan dapat mendukungnya melalui konten pembelajaran yang telah dikurasi untuk mendukung program pemerintah.
Pejabat Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Utama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Gogot Suharwoto, menambahkan bahwa penguatan literasi dan numerasi menjadi prioritas Kementerian Pendidikan untuk periode 2024–2029. Sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan penggiat pendidikan sangat diperlukan untuk menghadirkan infrastruktur pendidikan yang inklusif, termasuk di daerah terpencil.
Alasan Adopsi dan Durasi Penggunaan APD
Menurut studi, tiga alasan utama pendamping menggunakan APD adalah kemudahan mencari materi ajar (94 persen), tampilan aplikasi yang menarik (93 persen), dan cara penggunaan yang mudah dipahami (92 persen). Pendamping menganggap APD membuat pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan.
Direktur Enuma Indonesia, Juli Adrian, menjelaskan bahwa aplikasi Sekolah Enuma dirancang untuk mendorong anak menjadi pembelajar mandiri dengan integrasi elemen permainan dalam pembelajaran. Peran pendamping adalah membimbing anak menuntaskan materi atau tantangan yang ada, sehingga anak dapat mengembangkan kecintaannya terhadap literasi dan numerasi.
Mengenai durasi ideal penggunaan APD, sebanyak 37,5 persen responden melaporkan penggunaan selama 30–60 menit per sesi, sebanyak 2–3 kali per pekan. Sebanyak 16,96 persen lainnya menggunakan APD selama 30 menit per sesi, dengan frekuensi yang sama. Enuma sendiri merekomendasikan durasi 30–45 menit per sesi untuk memaksimalkan pembelajaran.
Tantangan dan Solusi dalam Transformasi Digital
Salah satu tantangan utama dalam adopsi teknologi pendidikan adalah kualitas jaringan internet, yang diakui oleh 71 persen responden nonpendamping pengguna sebagai hambatan utama. Dukungan pemerintah dalam meningkatkan pemerataan akses pendidikan, khususnya di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal), menjadi kebutuhan mendesak.
Aplikasi Sekolah Enuma telah dirancang agar dapat digunakan secara luring setelah diunduh, sehingga dapat membantu mengurangi hambatan bagi pendamping belajar. Selain itu, Enuma terus berinovasi untuk menghadirkan solusi pendidikan yang lebih inklusif.
Pemimpin Learning & Design Enuma Indonesia, Rusma Siadari, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, pendidik, orang tua, serta penyedia infrastruktur pendidikan untuk mendukung akses internet yang merata. Dengan sinergi semua pihak, transformasi pendidikan berbasis digital dapat membantu anak-anak Indonesia mempertahankan semangat belajar dan mengembangkan potensi mereka, terutama dalam literasi dan numerasi.
Melalui inovasi dan kerja sama yang kuat, transformasi pendidikan berbasis digital diharapkan dapat menjadi salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia
IW