arabaru.com– Perpustakaan seringkali dipandang sebagai tempat yang kurang menarik, terutama di sekolah-sekolah negeri. Ruangan ini sering kali hanya digunakan ketika tidak ada kelas lain yang tersedia, sehingga kondisinya pun cenderung kurang terawat—kotor, kumuh, dan berdebu. Buku-buku yang sudah berusia puluhan tahun, sobek, dan berwarna cokelat masih terpampang di rak, dengan beberapa buku pelajaran dari kurikulum lama yang belum diperbarui.
Menurut beberapa ahli, perpustakaan adalah ruang yang berisi koleksi buku yang disusun dan diatur sedemikian rupa agar mudah diakses oleh pembaca. Seiring dengan perkembangan zaman, perpustakaan juga mengalami transformasi menuju bentuk digital. Perpustakaan digital atau e-library memungkinkan pengguna untuk meminjam koleksi buku dan sumber edukasi lainnya secara daring. Perpustakaan jenis ini berbeda dengan perpustakaan konvensional, karena isinya dalam format digital yang dapat diakses melalui komputer atau perangkat pintar lainnya.
Di era digital saat ini, perpustakaan digital sudah menjadi kebutuhan bagi setiap lembaga pendidikan. Koleksi perpustakaan ini berada di server yang bisa diakses kapan saja dan dari mana saja melalui jaringan internet. Organisasi dan seleksi koleksi digital menjadi elemen kunci dalam pengelolaan perpustakaan digital, yang memungkinkan pengguna untuk memperoleh akses informasi secara mudah dan cepat.
Perpustakaan Digital di SD Negeri Jatingaleh 01
Siswa zaman sekarang, yang sebagian besar sudah memiliki akses ke telepon pintar dan internet, lebih tertarik menggunakan HP daripada membaca buku fisik. Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk menemukan cara baru dalam menarik minat baca siswa. Menyadari situasi ini, sebagai guru kelas 6A di SD Negeri Jatingaleh 01, saya memutuskan untuk mengenalkan Google Sites kepada siswa sebagai salah satu media pembelajaran. Hasilnya, sekitar 90% siswa kelas 6A sudah mahir menggunakannya.
Dengan melihat potensi teknologi ini, saya mengajukan ide kepada kepala sekolah untuk membuat perpustakaan digital berbasis Google Sites. Meski awalnya penuh tantangan, dukungan dari kepala sekolah dan rekan-rekan guru mempermudah proses pengembangan perpustakaan digital ini.
Kami memulai dengan mengumpulkan sumber-sumber dari perpustakaan online yang tersedia, seperti Lets Read Asia, Literacy Cloud, Sistem Informasi Perbukuan Indonesia, Rumah Belajar, Museum Kemdikbud, Badan Bahasa, dan kumpulan buku PDF dari berbagai penulis. Selain itu, perpustakaan digital ini juga memuat karya-karya siswa dan guru dari SD Negeri Jatingaleh 01 serta buku suara dari Literacy Cloud.
Kami merencanakan peluncuran perpustakaan digital ini pada penutupan kegiatan Bulan Bahasa, yang akan diselenggarakan pada 25 Oktober 2024. Kegiatan membaca buku selama 10 menit setiap hari untuk seluruh elemen sekolah sangat membantu dalam meningkatkan minat baca siswa. Orang tua juga merasakan manfaat dari perpustakaan ini, karena mereka kini lebih mudah mencari buku melalui perpustakaan digital sekolah.
Guru juga merasa terbantu karena mereka dapat dengan mudah menemukan buku pelajaran dan referensi pembelajaran lainnya. Mereka bisa menugaskan siswa untuk membaca di rumah atau menggunakan perpustakaan digital untuk membacakan cerita di kelas. Pengalaman ini menunjukkan bahwa perpustakaan digital sangat penting untuk memudahkan akses buku bagi guru, siswa, dan orang tua dengan hanya bermodalkan kuota internet.
Peran Perpustakaan Digital dalam Meningkatkan Literasi
Seperti yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara, “Membaca adalah jendela dunia.” Membaca bukan hanya kunci untuk membuka pintu ilmu pengetahuan, tetapi juga kebijaksanaan. Membaca adalah kebutuhan utama bagi siswa dan harus dibuat menyenangkan serta rutin dilakukan. Ruang baca kini tidak lagi terbatas pada bangunan fisik, tetapi dapat diperluas hingga siswa bisa menemukan ilmu melalui membaca di mana saja. Di sinilah perpustakaan digital berperan penting, memungkinkan akses membaca kapanpun dan di manapun.
Perpustakaan digital menawarkan solusi alternatif untuk meningkatkan literasi, karena siapa saja bisa menggunakannya asalkan memiliki jaringan internet dan akses ke link perpustakaan. Perpustakaan digital ini tidak dibatasi waktu, tersedia 24 jam setiap hari. Meski umumnya membutuhkan dana besar untuk membangun website, kami memanfaatkan aplikasi gratis yang ditawarkan oleh Google untuk menjalankan perpustakaan digital ini.
Namun, tantangan berikutnya adalah memastikan guru dan orang tua aktif mendorong penggunaan perpustakaan digital ini. Sebagaimana Ki Hadjar Dewantara berkata, “Setiap orang adalah guru, setiap rumah adalah sekolah.” Kolaborasi antara guru dan orang tua sangat penting untuk memastikan pendidikan anak terus berkembang.
Selamat berjuang untuk guru dan orang tua. Mari berkolaborasi demi masa depan pendidikan anak yang lebih cerah!
IW