JAKARTA,arabaru.com – The 10th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024 yang digelar pada 18-20 September di Jakarta menyoroti pentingnya energi panas bumi dalam agenda transisi energi nasional dan mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060. Presiden Joko Widodo dalam pembukaan acara menegaskan komitmen pemerintah untuk mendukung pengembangan panas bumi yang berkelanjutan.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya panas bumi sebesar 24 GW, terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, yang menjadi salah satu instrumen penting dalam meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) juga ambil bagian dalam diskusi khusus mengenai kolaborasi dan tantangan pengembangan panas bumi. Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menjelaskan bahwa panas bumi memiliki keunggulan sebagai sumber energi baseload, namun saat ini baru 11% atau 2,6 GW dari total potensi yang telah dikembangkan.
Untuk mencapai target kapasitas 10,5 GW pada tahun 2035, diperlukan penambahan kapasitas 700-800 MW setiap tahun. Tantangan utama pengembangan panas bumi adalah keekonomian proyek, yang membutuhkan strategi khusus agar tetap menarik secara komersial tanpa menaikkan harga jual listrik.
Julfi Hadi menekankan pentingnya adopsi teknologi terbaru dan peningkatan skala operasi untuk menurunkan biaya pengembangan proyek panas bumi. PGE, dengan sumber daya 3 GW yang 60%-nya berkualitas tinggi, memiliki kapasitas untuk mendukung percepatan pengembangan tersebut.
Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan perusahaan lokal, menjadi kunci dalam menciptakan ekosistem pengembangan panas bumi yang ideal. PGE juga bekerja sama dengan perusahaan lokal dalam pembuatan komponen pembangkit listrik panas bumi.
Dukungan pemerintah berupa insentif fiskal, non-fiskal, serta mekanisme cost recovery juga sangat penting untuk mempercepat pengembangan energi panas bumi dan mengurangi risiko investasi.